Tugas 1 Mata Kuliah Statistika Pendidikan dan Komputer
Table of Contents
PAPER
IMPLEMENTASI TEKNOLOGI INFORMASI DAN
KOMUNIKASI (TIK)
DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH
Dibuat
untuk memenuhi tugas mata kuliah
Statistika
Pendidikan dan Komputer
Prof.
Dr. Budi Murtiyasa, M. Kom
Oleh
NAMA : AHMAD ALIIF KHUMAID
NIM : Q1615130198
KELAS : I C
Sekolah Pasca Sarjana
Magister Administrasi Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
2016
BAB
I
PENDAHULUAN
Dalam kehidupannya, manusia selalu berupaya
untuk mencari cara agar dapat membantu mereka dalam melakukan sesuatu. Sejarah
mencatat banyak penemuan yang prinsip kerjanya mempermudah, mempercepat dan
memperingan. Diantaranya adalah pengungkit, yang selanjutnya diberkembangkan
menjadi kendaraan bermotor. Masih banyak penemuan lain yang dapat dikembangkan
lebih lanjut menjadi penemuan yang lebih modern dan bermanfaat dalam kehidupan
manusia secara luas.
Sejak
ditemukan komputer generasi pertama tahun 1946 sebagai alat bantu hitung,
perkembangannya kini sudah sangat pesat. Dari komputer yang berukuran satu
ruangan, hingga sekarang berubah menjadi komputer yang kita pakai sehari-hari dan
segala produk turunannya. Dalam perkembangannya, fungsi komputer yang semula
hanya sebagai alat bantu hitung, kini telah berubah menjadi sarana komunikasi
dan tukar informasi.
Dewasa ini,
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) bahkan menjadi urat nadi kehidupan. TIK
dibutuhkan oleh semua lini kehidupan dan oleh semua lapisan masyarakat.
Kebutuhan atas TIK sudah melintasi batas negara di dunia. Di negara maju, TIK
merupakan sarana untuk semakin mengukuhkan eksistensi. Bagi negara berkembang, TIK
merupakan katalisator dalam akselerasi negara tersebut mencapai kemajuan yang
diharapkan.
Hal
tersebut juga berlaku di Indonesia. Penggunaan TIK telah merambah ke semua bidang
kehidupan, termasuk pendidikan. Melalui TIK, penyampaian materi pembelajaran
(pengetahuan, keterampilan maupun lainnya) menjadi lebih mudah, cepat dan
menarik dilakukan. Melihat perkembangan TIK yang demikian pesat, sebuh kerugian
apabila civitas akademika tidak dapat
mengimplementasikan TIK dalam pembelajaran. Sehingga, diharapkan pengintegrasian
TIK benar-benar dapat menjadi penunjang dalam proses pembelajaran. Oleh sebab
itu, kemampuan seluruh civitas akademika memanfaatkan
TIK secara maksimal dalam pembelajaran menjadi suatu keharusan.
Selanjutnya
yang dicermati adalah apakah pengintegrasian TIK dalam proses pembelajaran ini
sudah sesuai dengan program pemerintah. Karena pada dasarnya program/gagasan apapun
dalam suatu negara akan terlaksana dengan baik apabila didukung oleh semua
pihak. Pertanyaan lain yang mengemuka adalah apakah keputusan tersebut sejalan
dengan arus globalisasi yang secara tidak langsung memberikan syarat minimal
kompetensi yang harus dimiliki agar seseorang dapat bersaing secara sportif di
dalamnya. Dua hal tersebut adalah pokok dari pembahasan tulisan ini.
BAB II
PEMBAHASAN
Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) mencakup dua
aspek, yaitu teknologi informasi dan teknologi komunikasi (Evi
Maria, 2014). Keduanya
merupakan aspek yang sangat penting, termasuk dalam bidang pendidikan. Dua
aspek tersebut terkait satu sama lain. Proses mencari informasi dan mengomunikasikan
hasilnya dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi. Begitu juga proses
komunikasi untuk memperoleh informasi juga dapat dilakukan dengan menggunakan
teknologi.
Miller
et al. (2000), menjelaskan lebih rinci tentang penting TIK
dalam pembelajaran dengan menyatakan
“mengajar berbasis teknologi mungkin tidak penting di semua kelas tetapi pada
umumnya paling fasilitatif sebagai akibat dari memberikan contoh dan
demonstrasi yang relevan, mengubah orientasi kelas, mempersiapkan siswa untuk
pekerjaan, meningkatkan fleksibilitas pengiriman, peningkatan akses, dan
tuntutan publik yang memuaskan untuk efisiensi. Seluruh tujuan menggunakan
teknologi dalam mengajar untuk memberikan nilai yang lebih baik kepada siswa”.
Dalam
keterangan yang serupa, Murtiyasa,
Budi (2008) menyatakan bahwa dalam pendidikan TIK dapat berperan sebagai:
1. TIK sebagai gudang ilmu, dapat dijadikan sebagai gudang
ilmu, manajemen pengetahuan, jaringan pakar beragam bidang ilmu, jaringan antar
intitusi pendidikan, pusat pengembangan materi ajar, wahana pengembangan kurikulum, dan komunitas perbandingan
standar kompetensi.
2. TIK sebagai alat bantu pelajaran, dapat berperan untuk
guru, siswa, dan interaksi guru-siswa.
3. TIK sebagai fasilitas pendidikan, dapat berperan sebagai
pojok internet, perpustakaan elektronik, kelas virtual, aplikasi multimedia,
kelas jarak jauh, papan elektronik sekolah, serta komunikasi dan kolaborasi.
Dari pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa
integrasi TIK dalam pembelajaran berdampak pada 3 (tiga) unsur, yaitu subyek
pembelajaran (guru penyampai materi), proses (penyampaian materi), dan obyek
pembelajaran (siswa).
Dari beberapa pendapat yang telah dipaparkan,
dapat disimpulkan bahwa pengintegrasian TIK di bidang pendidikan sangat
memberikan dampak yang positif.
Hal tersebut dikuatkan juga oleh pendapat
Kolb (1984), penggunaan TIK dalam proses pembelajaran dapat melibatkan peserta
didik dalam empat langkah proses seperti melihat, memikirkan, merasa dan
melakukan. Perkembangan alat TIK seperti computer, elektronik, papan putih
interaktif, proyektor digital dan alat multimedia lainnya menyediakan berbagai
macam rangsangan sensorik untuk pelatihan yang tepat dari jantung, kepala dan
tangan. Hal ini sering dikatakan: “Apa yang saya dengar, saya lupa. Apa yang
saya lihat saya ingat. Apa yang saya lakukan saya mengerti”. Hal ini berarti,
melalui empat tahapan yang disampaikan Kolb tersebut, efektifitas pembelajaran
lebih dapat dicapai.
Melengkapi
beberapa paparan sisi positif integrasi TIK dalam proses pembelajaran, Bandhana
(2012) menyampaikan bahwa animasi, rangsangan, paket perangkat lunak untuk
mengajar berbagai mata pelajaran, jaringan multi media dan peningkatan citra
menciptakan realitas virtual dan pengalaman bagi peserta didik, yang pada
gilirannya membantu pembelajaran lebih langsung, menyenangkan dan berguna.
Penggunaan TIK memperkuat belajar siswa dan memberikan kontribusi pada proses
belajar mengajar siswa. Lima saran mengapa guru harus mengintegrasikan TIK
dalam proses belajar mengajar adalah sebagai motivasi, kemampuan instruksional
khusus, produktivitas yang lebih tinggi dari guru, keterampilan yang penting
pada era informasi dan dukungan untuk teknologi yang baru.
Seiring
berkembangnya jaman, paradigma berpikir manusia terhadap proses pembelajaran
mengalami perubahan. Pendidikan dituntut untuk dapat berhasil mencetak output yang tidak hanya cerdas, tetapi
juga kreatif, inovatif dan produktif. Tantangan tersebut direspon positif oleh
pemerintah Indonesia. Respon tersebut diantaranya adalah dengan perubahan
kurikulum. Hal tersebut melatarbelakangi pemerintah menerbitkan Permendiknas
No. 68 tahun 2013 yang merupakan landasan yuridis pelaksanaan Kurikulum 2013. Dalam
kurikulum tersebut, support
(dukungan) TIK sangat besar dalam mengubah pola pembelajaran yang semula
terfokus pada guru menjadi fokus pada siswa. Selain itu, TIK juga menjadi
faktor yang sangat penting untuk mewujudkan Pembelajaran, Aktif, Inovatif,
Kreatif dan Menyenangkan (PAIKEM).
Hal ini
tidak aneh, karena merujuk pada R. B. Kozma (2003) menyatakan hasil sites M2 yang menunjukkan bahwa dukungan
teknologi terhadap praktek kelas inovatif di banyak negara di seluruh dunia
memiliki banyak kualitas yang sama. Berdasarkan kasus-kasus yang dipilih, guru
di banyak negara mulai menggunakan TIK untuk membantu mengubah (metode) pengajaran
dan pembelajaran di kelas, dan guru mengintegrasikan teknologi ke dalam
kurikulum. Siswa bekerja sama dalam tim dan menggunakan alat-alat dan sumber
daya komputer untuk mencari informasi, mempublikasikan hasil dan menciptakan
produk. Guru menggunakan TIK untuk mengubah pola (pembelajaran) mereka dari
yang semula sumber utama informasi menjadi orang yang mengarahkan siswa dengan
tatanan dan saran, memantau kemajuan mereka dan mengkaji pencapaian mereka.
Studi kasus ini menambah rincian untuk Studi sebelumnya (Pelgrum & Anderson,
1999). Dijelaskan bahwa pola pengintegrasian TIK dalam pembelajaran sudah lazim
dan global. Terbukti beberapa negara sudah menerapkan metode pembelajaran tersebut.
Kwando (2007) mengatakan, “masyarakat pengetahuan
adalah masyarakat yang tahu bagaimana menggunakan informasi”. Memiliki
masyarakat berpengetahuan adalah modal sebuah negara berkembang untuk merangkak
naik kasta menjadi negara maju. Kemajuan suatu bangsa bukan mimpi yang
dinantikan terwujudnya, melainkan perlu disongsong dengan semangat yang
bergelora. Salah satu syaratnya adalah penguasaan dan penerapan TIK oleh
seluruh lapisan masyarakat. Hal tersebut dapat dimulai dari implementasi TIK di
dunia pendidikan, hulu segala macam keilmuan.
BAB III
SIMPULAN
Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK) dibutuhkan oleh semua lini kehidupan dan oleh semua lapisan masyarakat.
Kebutuhan atas TIK sudah melintasi batas negara di dunia. Hal tersebut juga
berlaku di Indonesia. Penggunaan TIK telah merambah ke semua bidang kehidupan,
termasuk pendidikan. Melihat perkembangan TIK yang demikian pesat, sebuh
kerugian apabila civitas akademika tidak
dapat mengimplementasikan TIK dalam pembelajaran. Sehingga, diharapkan
pengintegrasian TIK benar-benar dapat menjadi penunjang dalam proses
pembelajaran.
Seiring
berkembangnya jaman, pendidikan dituntut untuk dapat berhasil mencetak output yang tidak hanya cerdas, tetapi
juga kreatif, inovatif dan produktif. Hal tersebut melatarbelakangi pemerintah menerbitkan
Permendiknas No. 68 tahun 2013 yang merupakan landasan yuridis pelaksanaan
Kurikulum 2013. Dalam kurikulum tersebut, support
(dukungan) TIK sangat besar dalam mengubah pola pembelajaran yang semula
terfokus pada guru menjadi fokus pada siswa. Selain itu, pola pengintegrasian
TIK dalam pembelajaran sudah lazim dan global. Terbukti beberapa negara sudah
menerapkan metode pembelajaran tersebut.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Bashin, Bandhana. (International Journal of Contemporary Educational
Technology, Vol 3 No. 2, 2012, Halaman 130-140)
Evi, Maria. Wijaya. Sinatra, Lina. (2013). Evaluation of
Implementation on Information and Communication Technology in Higher Education
Institutions in Indonesia Using the it Balanced Scarecard (Case Study: Satya
Wacana Christian University, Salatiga), ISSN: 22294686 ,International Journal
of Education, ProQuest Research Library pg. 49-57
Kolb, D. (1984). Experiential Learning. New Jersey: Prentice
Hall. Inc
Kozma, R. B. (2003). Technology and Classroom Practices: An
International Study. (Journal of Research on Technology in Educational), Vol. 36 No. 1, Halaman 1-14)
Kwando (2007) (International Journal of
Contemporary Educational Technology, Vol. 3 No.2, 2012)
Miller
et al. (2000) (International
Journal of Contemporary Educational Technology, Vol. 3 No.2, 2012)
Murtiyasa, Budi.
(2008). Perkuliahan statistik dan komputer pendidikan : Peningkatan ICT untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran. Surakarta.
Posting Komentar